Menang dan Kalah
Redaksi 17 Desember 2015 02:52:51 WIB
Dalam sebuah pertandingan tentu ada yang kalah dan ada yang menang. Demikian juga dalam perhelatan Pilkada serentak 9 Desember 2015 lalu, dimana Kabupaten Lombok Utara yang tampil berikhtiar menjemput taqdir adalah 4 putra daerah terbaik yaitu pasangan calon, H. Djohan Sjmasu dan Mariadi (JADI) dan H. Najmul Akhyar dan Sarifudin (NASA).
Setelah penghitungan suara, yang tersisa dalam Pilkada ini adalah para suporter, pengusung dan pendukung yang sederhananya dapat disebut sebagai penggembira. Bagi rakyat, pada setiap pilkada, tidak ada yang kalah, sebab siapapun yang menang, hakikatnya adalah kemenangan bersama.
Hujatan, cacian, hinaan, hanya membuat kita terpecah belah. Anggaplah apa yang pernah terjadi baik melalui kampanye, media sosial ataupun lainnya, hanya sekedar menjadi bumbu dan selingan dalam berdemokrasi.
Ketentuan hasil siapa yang meraih suara terbanyak dari kedua paslon tingga menunggu pengumuman dan ketukan palu resmi dari KPUD Lombok Utara. Dan saatnya kita kembali kepada kegiatan rutinitas, nelayan kembali mendayung sampan dan melempar jala, petani harus kembali turun ke sawah dan ladang untuk menggarap pertaniannya, guru dan dosen kembali ke kelas, pedagang dan pengusaha kembali kepada usaha dan dagangannya.
Yang menang hargai yang kalah, yang kalah hormati yang menang, karena Pilkada hanya sebuah proses menjemput taqdir Ilahi. Pilkada hanyalah sarana untuk membuka tabir ketentuan Allah yang belum diketahui. Percayalah, pemimpin yang meraih suara terbanyak hari ini, adalah pemimpin pilihan rakyat dan yang mampu menjalankan amanah dan menjalankan visi-misinya lima tahun kedepan.
Yang menang jangan sombong dan congkak, yang kalah jangan jadi pecundang dan pemberontak. Yang menang harus merangkul yang kalah, dan yang kalah harus mengucapkan selamat kepada yang menang. Tunjukkan diri sebagai negarawan. Kita patut contoh sikap Prabowo Subianto yang kalah dalam Pilpres, namun semua itu, ia rela campakkan egoismenya demi negeri ini.
"Kalau saya berkeras untuk menuntut, maka ada pertikaian dan perpecahan diantara Rakyat Indonesia. Dan saya sangat tidak menghendaki itu. Saya tidak mau kalah dengan Bangsa lain, tapi… biarlah saya mengalah dengan sesama bangsa sendiri”, kata Prabowo.
Mengalah bukan berarti kita kalah, tapi mengalah karena kita menginginkan Kemenagan Rakyat. “Kemaslahatan umum lebih didahulukan daripada kemaslahatan pribadi.” (Al-Muwafaqot 6: 123 karya Asy Syathibi).
angan calon, H. Djohan Sjmasu dan Mariadi (JADI) dan H. Najmul Akhyar dan Sarifudin (NASA).
Setelah penghitungan suara, yang tersisa dalam Pilkada ini adalah para suporter, pengusung dan pendukung yang sederhananya dapat disebut sebagai penggembira. Bagi rakyat, pada setiap pilkada, tidak ada yang kalah, sebab siapapun yang menang, hakikatnya adalah kemenangan bersama.
Hujatan, cacian, hinaan, hanya membuat kita terpecah belah. Anggaplah apa yang pernah terjadi baik melalui kampanye, media sosial ataupun lainnya, hanya sekedar menjadi bumbu dan selingan dalam berdemokrasi.
Ketentuan hasil siapa yang meraih suara terbanyak dari kedua paslon tingga menunggu pengumuman dan ketukan palu resmi dari KPUD Lombok Utara. Dan saatnya kita kembali kepada kegiatan rutinitas, nelayan kembali mendayung sampan dan melempar jala, petani harus kembali turun ke sawah dan ladang untuk menggarap pertaniannya, guru dan dosen kembali ke kelas, pedagang dan pengusaha kembali kepada usaha dan dagangannya.
Yang menang hargai yang kalah, yang kalah hormati yang menang, karena Pilkada hanya sebuah proses menjemput taqdir Ilahi. Pilkada hanyalah sarana untuk membuka tabir ketentuan Allah yang belum diketahui. Percayalah, pemimpin yang meraih suara terbanyak hari ini, adalah pemimpin pilihan rakyat dan yang mampu menjalankan amanah dan menjalankan visi-misinya lima tahun kedepan.
Yang menang jangan sombong dan congkak, yang kalah jangan jadi pecundang dan pemberontak. Yang menang harus merangkul yang kalah, dan yang kalah harus mengucapkan selamat kepada yang menang. Tunjukkan diri sebagai negarawan. Kita patut contoh sikap Prabowo Subianto yang kalah dalam Pilpres, namun semua itu, ia rela campakkan egoismenya demi negeri ini.
"Kalau saya berkeras untuk menuntut, maka ada pertikaian dan perpecahan diantara Rakyat Indonesia. Dan saya sangat tidak menghendaki itu. Saya tidak mau kalah dengan Bangsa lain, tapi… biarlah saya mengalah dengan sesama bangsa sendiri”, kata Prabowo.
Mengalah bukan berarti kita kalah, tapi mengalah karena kita menginginkan Kemenagan Rakyat. “Kemaslahatan umum lebih didahulukan daripada kemaslahatan pribadi.” (Al-Muwafaqot 6: 123 karya Asy Syathibi). suarakomunitas.net
Komentar atas Menang dan Kalah
Formulir Penulisan Komentar
Komentar Terkini
Statistik Kunjungan
Hari ini | ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() |
Kemarin | ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() |
Jumlah Pengunjung | ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() |
- MUSYAWARAH DESA TENTANG ( LPPD ) DAN ( LKPPD )
- PERSIAPAN PELAKSANAA KEGIATAN KETAHANAN PANGAN DAN HEWANI
- APBDES TAHUN ANGGARAN 2022 DESA KARANG BAJO KEC. BAYAN, LOMBOK UTARA
- 7. PERATURAN DESA KARANG BAJO NOMOR 7 TAHUN 2020
- 6. PERATURAN DESA KARANG BAJO NOMOR 06 TAHUN 2019
- 5. PERATURAN KEPALA DESA KARANG BAJO. NOMOR 5A TAHUN 2020
- PERATURAN DESA KARANG BAJO NOMOR 5 TAHUN 2020